crossorigin="anonymous">
Maritim

Sulap Produk Rendah Bernilai Tinggi, MFO Pertamina Mendunia

Redaksi Redaksi
Sulap Produk Rendah Bernilai Tinggi, MFO Pertamina Mendunia
Istimewa/Dok

KILANG Minyak Putri Tujuh, yang dioperasikan sejak tahun 1971, telah menjadi tulang punggung dalam perkembangan energi dan ekonomi di Indonesia. Terletak di Dumai, Provinsi Riau, kilang ini tidak hanya berperan dalam memenuhi kebutuhan energi domestik, tetapi juga menjadi contoh bagaimana industri dapat beradaptasi dengan tantangan lingkungan.

Didirikan oleh PT Pertamina (Persero), Kilang Putri Tujuh merupakan salah satu fasilitas pengolahan minyak terbesar di Sumatera. Selama setengah abad, kilang ini telah menghasilkan berbagai produk bahan bakar minyak (BBM) dan non-bahan bakar minyak (NBBM), yang didistribusikan ke seluruh pelosok tanah air serta pasar internasional.

Dampaknya terasa tidak hanya dalam sektor energi, tetapi juga dalam perekonomian lokal, dengan menciptakan lapangan kerja dan mendukung pertumbuhan kota-kota di sekitarnya, seperti Dumai dan Sungai Pakning.

Dengan komitmen untuk beradaptasi terhadap perkembangan kebutuhan energi yang berkelanjutan, Pertamina melalui PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit (RU) II Dumai terus melakukan inovasi.

Salah satu terobosan terbaru adalah produksi Low Sulphur Marine Fuel Oil (LS MFO), bahan bakar kapal yang dirancang untuk mengurangi emisi sulfur yang berbahaya bagi lingkungan.

Inovasi ini tidak hanya bertujuan untuk memenuhi permintaan dalam negeri, tetapi juga berkontribusi pada perbaikan kualitas lingkungan laut yang semakin terancam.

Proses produksi LS MFO melibatkan rekayasa manajemen bahan baku yang cermat dan teknologi mutakhir, memastikan bahwa produk yang dihasilkan berkualitas tinggi dan ramah lingkungan.

Sejak awal tahun 2020, Indonesia mulai memberlakukan peraturan yang mewajibkan semua kapal, baik berbendera Indonesia maupun asing, untuk menggunakan bahan bakar dengan kandungan sulfur maksimal 0,5%.

Aturan ini merupakan bagian dari upaya internasional untuk mengurangi polusi udara dan menjaga ekosistem laut. Inisiatif ini sejalan dengan regulasi International Maritime Organization (IMO) yang dikenal sebagai IMO 2020.

Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa industri pelayaran dapat beroperasi dengan dampak lingkungan yang minimal. Keputusan ini, yang dituangkan dalam Keputusan Dirjen Migas, efektif berlaku sejak 1 Januari 2020, menandai era baru dalam penggunaan bahan bakar yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Persiapan untuk memproduksi LS MFO dimulai jauh sebelumnya, yakni pada Juli 2019. Tim inovator di KPI RU II Dumai melaksanakan serangkaian kegiatan, mulai dari simulasi tertulis hingga analisis laboratorium dan percobaan lapangan.

Kerja keras dan dedikasi ini membuahkan hasil pada awal 2020 ketika produksi MFO 180 cSt (Centistoke) Low Sulphur resmi dimulai, memenuhi standar yang ditetapkan oleh IMO.

Dengan langkah ini, Kilang Putri Tujuh tidak hanya menunjukkan komitmen terhadap kualitas dan keselamatan produk, tetapi juga menjadi pionir dalam upaya mengurangi dampak negatif industri terhadap lingkungan.

Hal itu dikatakan, Antonius Ade Aryo, Analyst Optm Crude, Intermed & Prod KPI RU II Dumai, bahwa proses produksi Low Sulphur Marine Fuel Oil (LS MFO) telah berkembang dan memberikan kontribusi signifikan terhadap industri pelayaran serta perlindungan lingkungan.

Pada tahap awal peluncuran LS MFO, kilang ini berhasil memproduksi 30.000 barrel. Aryo menambahkan, dengan potensi optimal hingga 200.000 barrel per batch produksi, angka ini sangat penting untuk kebutuhan bunker bagi kapal yang bersandar di jetty Pertamina RU II.

Prestasi ini ditandai dengan lifting perdana pada 1 Juni 2020, ketika kilang ini mengeluarkan 200 Mega Barrel menggunakan kapal MT VS Riesa.

Untuk mencapai target produksi yang ambisius, tim di KPI RU II Dumai melakukan berbagai optimasi, termasuk blending produk dan pengelolaan inter-kilang.

"Kini, kilang Pertamina di Dumai dan Sungai Pakning mampu memproduksi 1,8 juta barrel LS MFO per bulan," jelas Aryo.

Akumulasi distribusi mencapai 23,6 juta barrel, tidak hanya untuk pasar domestik tetapi juga internasional, termasuk Malaysia dan Singapura.

Dalam industri kilang dan petrokimia, biaya pasokan minyak mentah adalah salah satu komponen terbesar, mencapai 85%. Melalui inovasi dalam produksi LS MFO, Aryo menyatakan bahwa mereka mampu menekan biaya hingga 0%.

"MFO Low Sulphur ini digunakan pada industri perkapalan yang menggunakan mesin diesel, dengan kandungan sulfur dibatasi maksimum 0,5%," ujar Aryo.

Kilang Putri Tujuh tidak hanya fokus pada volume produksi, tetapi juga pada kualitas. Aryo menekankan bahwa produk LS MFO memenuhi standar domestik dan internasional, berkat lokasi strategis KPI RU II Dumai dan komitmen tim dalam mempertahankan kualitas.

Upaya dan inovasi yang dilakukan oleh tim KPI RU II Dumai tidak luput dari perhatian. "Kami telah menerima sejumlah penghargaan, termasuk CIP pada tahun 2022, Platinum Award APQA tahun 2023, dan beberapa penghargaan lainnya pada tahun 2024," kata Aryo dengan bangga. Saat ini, kilang ini juga sedang mempersiapkan diri untuk berpartisipasi dalam kompetisi Innotech di Taiwan.

Mengubah Paradigma, Revolusi Energi
Di tengah upaya global untuk mencapai keberlanjutan, PT KPI RU II Dumai menghadirkan sebuah inovasi yang patut dicontoh, Low Sulphur Marine Fuel Oil (MFO). Inovasi ini bukan hanya hasil dari pemikiran cerdas, tetapi juga kerja keras para pekerja di Kilang Pertamina Dumai - Sungai Pakning.

Terpisah, Rudi Hartono, Senior Manager Operating Manufacturing (SMOM) PT KPI RU II Dumai, menjelaskan bahwa produk Low Sulphur MFO ini merupakan langkah besar dalam meningkatkan kualitas bahan bakar yang dihasilkan.

"Para perwira Pertamina Dumai berhasil menyulap Vacuum Residue, yang biasanya dianggap limbah, menjadi produk bernilai tinggi yang berwarna hitam legam dan tekstur kental," ungkapnya.

Inovasi ini tidak hanya sekadar menciptakan produk baru, tetapi juga mencerminkan komitmen manajemen dalam menjalankan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).

Di tahun 2022, KPI menerima predikat 'Strong' dari lembaga rating global Sustainalytics, menunjukkan bahwa perusahaan ini termasuk dalam kategori 'Medium Risk' dalam hal keberlanjutan.

Rudi menambahkan, langkah ini merupakan upaya untuk meningkatkan daya saing kilang dan mengoptimalkan potensi profit margin.

"Dengan meningkatkan efisiensi di berbagai lini, kami berusaha menciptakan produk yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga menguntungkan," jelasnya.

Kilang Pertamina Dumai dan Sungai Pakning berperan penting dalam mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan. Melalui inovasi ini, para pekerja menunjukkan komitmen mereka untuk mengolah energi yang terbaik bagi negeri.

"Inovasi ini sejalan dengan upaya menuju New Green Business yang terus digaungkan oleh dunia internasional," kata Rudi.

Low Sulphur MFO bukan sekadar bahan bakar, ia menjadi penggerak bagi mesin utama kapal dengan putaran rendah, membantu mengurangi emisi yang merusak lingkungan.

Dengan demikian, PT KPI RU II Dumai tidak hanya memenuhi kebutuhan energi dalam negeri, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan.

Inovasi ini adalah contoh nyata bagaimana industri dapat bertransformasi untuk menghadapi tantangan zaman. Dengan visi yang jelas dan tindakan yang tepat, Pertamina Dumai berkomitmen untuk terus memberikan kontribusi maksimal dalam pengolahan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Inovasi dan Efisiensi
Dalam menghadapi tantangan yang ditetapkan oleh International Maritime Organization (IMO) terkait batasan kualitas sulfur untuk Marine Fuel Oil (MFO), PT KPI RU II Dumai terus berkomitmen pada inovasi dan efisiensi berkelanjutan.

Iwan Kurniawan, General Manager (GM) perusahaan, menekankan pentingnya langkah ini sebagai bagian dari strategi besar Pertamina dalam mengembangkan energi baru terbarukan di tengah pengembangan bisnis konvensional di sektor minyak dan gas.

“Komitmen kami adalah menjadikan Kilang Minyak Dumai dan Sungai Pakning sebagai Kilang Kebanggaan Nasional. Oleh karena itu, peningkatan kehandalan dan kualitas informasi serta komunikasi di kilang sangatlah penting,” jelas orang nomor satu di KPI RU II Dumai itu.

Para pekerja, yang disebut sebagai Pertamina Wira (Perwira), terus beroperasi dengan semangat tinggi meski harus menghadapi suhu ekstrem dan kondisi kerja yang menantang. Upaya mereka memastikan proses produksi dan distribusi energi berjalan lancar, sangat krusial dalam memenuhi kebutuhan energi nasional.

Dalam upaya mendukung inovasi, Iwan memberikan apresiasi kepada para inovator muda di Kilang Pertamina Dumai. Mereka siap berpartisipasi dalam ajang internasional Taiwan Innotech Expo 2024, membawa nama baik perusahaan.

Nama-nama seperti Ranu Santoso, Fritz Mardohar, Antonius Ade Aryo, dan beberapa lainnya menjadi representasi inovasi yang terus berkembang di perusahaan.

“Setiap inovasi dan efisiensi, sekecil apapun, dapat berdampak besar bagi bisnis Pertamina. Kami berharap doa dan dukungan dari seluruh stakeholder dan masyarakat agar kami dapat terus mengembangkan inovasi dan efisiensi serupa di masa mendatang,” pungkas Iwan, menegaskan bahwa upaya ini merupakan bagian dari perjalanan Pertamina menuju net-zero emissions dan implementasi green port.

Dengan visi yang jelas dan tekad yang kuat, Kilang Pertamina Dumai siap menghadapi tantangan masa depan dan berkontribusi pada pengurangan emisi serta keberlanjutan energi di Indonesia.***

Penulis: Rezi Andika Putra

Editor: Redaksi


Tag:AJP 2024KPI RU II DumaiKilang Sungai PakningLS MFOPT Pertamina