crossorigin="anonymous">
Ekonomi

Dari Minyak ke Motif: Batik Pompa Angguk Mengubah Wajah Ekonomi Mandau

Redaksi Redaksi
Dari Minyak ke Motif: Batik Pompa Angguk Mengubah Wajah Ekonomi Mandau
Istimewa/Dok

Yola Anggraini, seorang pengrajin batik muda, sedang asyik mewarnakan kain putih yang sudah dilakukan pengecapan.

RIUHNYA suara mesin dan aliran minyak yang tiada henti, Kecamatan Mandau di Kabupaten Bengkalis, Riau, menyimpan cerita yang lebih dalam sebuah kisah tentang batik yang kaya akan makna dan tradisi.

Sejak tahun 1970-an, daerah ini telah menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia berkat kekayaan sumber daya alamnya. Namun, di antara tumpukan minyak dan pembangunan, ada sepotong seni yang mengikat masyarakatnya dengan warisan budaya yang tak ternilai: Batik Mandau.

Saat Anda memasuki Galeri Batik Mandau, suasana hangat dan penuh kreativitas segera menyambut. Di sudut ruangan, Yola Anggraini, seorang pengrajin batik muda, sedang asyik mencelupkan kain putih ke dalam larutan pewarna alami.

Tepatnya di Jalan Sudirman, Kelurahan Air Jamban, Galeri Batik Mandau hadir di bawah naungan Kelompok Kerja (Pokja) Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) kecamatan, menjadi tempat di mana proses kreatif melestarikan warisan budaya Melayu berlangsung.

Meski baru dua bulan bergabung, semangat Yola untuk berinovasi dalam seni batik tak kalah dengan para veteran yang telah lama berkecimpung di bidang ini.

Dengan penuh konsentrasi, ia menciptakan motif yang melambangkan kehidupan sehari-hari dan keindahan alam Riau. "Setiap lembar batik adalah cerita kami," ujarnya, sambil menunjukkan karya terbarunya yang mengandung nuansa alam.

Batik Mandau dikenal dengan motif khas yang sarat akan makna. Setiap desain bercerita tentang kehidupan, mulai dari mesin pompa angguk penyedot minyak (pumping unit.red) hingga harapan masyarakat akan masa depan yang lebih baik (atau Bermasa tag line kabupaten Bengkalis.

"Kami ingin orang yang mengenakan batik ini merasa terhubung dengan akar budaya," kata Yola.

Mereka berinovasi, menggabungkan elemen desain modern dengan teknik batik klasik. "Kami sadar bahwa untuk bertahan, kami perlu menjangkau generasi muda," ungkapnya. Inovasi ini terbukti sukses produk Batik Mandau kini mulai merambah pasar nasional dan internasional.

Satu demi satu, koleksi baru mereka diterima dengan baik. "Kami ingin batik ini menjadi kebanggaan, bukan hanya untuk kami, tetapi juga untuk Indonesia," Yola menekankan komitmennya.

Program pelatihan bagi para pengrajin batik tidak hanya fokus pada teknik, tetapi juga membekali mereka dengan pemahaman tentang keberlanjutan. "Kami diajarkan untuk menggunakan sumber daya alam dengan bijak, agar generasi mendatang juga bisa menikmati kekayaan ini," ungkapnya.

Mereka ingin dikenal sebagai pusat budaya yang kaya, di mana tradisi dan modernitas saling melengkapi. Batik Mandau tidak hanya mencerminkan identitas masyarakat setempat, tetapi juga menjadi jembatan yang menghubungkan warisan budaya dengan dunia yang lebih luas.

"Setiap motif yang kami ciptakan bukan hanya sekadar gambar, tetapi juga menggambarkan cerita dan nilai-nilai budaya Melayu," ungkap Yola, saat ditemui di lokasi pembuatan batik. Kata-katanya mencerminkan komitmen para pekerja yang ingin menjadikan Batik Mandau sebagai kebanggaan Indonesia di mata dunia.

Proses pembuatan batik di sini melibatkan teknik yang teliti. Dari kain berukuran 2,3 meter, Yola menjelaskan, proses pengecapan dilakukan dalam waktu singkat. Setelah kain dikeringkan selama satu jam, pewarnaan dimulai dan bisa memakan waktu hingga satu hari penuh. "Kami harus melewati beberapa tahap, termasuk water glass dan perebusan sebelum penjemuran," tandasnya.

Ketika mengenakan Batik Mandau, tidak hanya memakai selembar kain tetapi membawa serta cerita, nilai, dan semangat dari masyarakat Riau. Keberadaan Pokja PKK Mandau, yang diinisiasi oleh camat setempat, membawa perubahan signifikan bagi komunitas. Dengan hanya lima orang di awal, kini sudah ada 15 pekerja lokal yang terlibat.

Hal itu disampaikan Juana, anggota Pokja II PKK Mandau, mempraktikkan teknik pengecapan Pompa angguk dan Bermasa yang sangat diminati konsumen. "Kami telah menghasilkan sekitar 20 juta rupiah setiap bulan dan ribuan produk telah terjual," jelasnya penuh semangat.

Penghasilan pekerja berdasarkan omset yang dihitung setiap akhir bulan memberikan insentif bagi semua anggota untuk bekerja lebih keras. Modal kerja per kain berkisar 150 ribu rupiah, dan hasilnya, di luar dugaan, membawa keuntungan bagi masyarakat lokal.

Dengan mengedepankan pelestarian budaya dan menciptakan lapangan pekerjaan, Batik Mandau bukan sekadar bisnis ia adalah perwujudan dari identitas dan semangat kolektif masyarakat Mandau.

Di galeri ini, empat teknik batik yang telah dihasilkan, yaitu batik tulis, cap, shibori, dan eco print, mencerminkan kekayaan alam Riau dengan menggunakan bahan-bahan alami. Setiap langkah dalam pembuatan batik dilakukan dengan perhatian penuh, menjadikan setiap karya unik.

"Kami berusaha untuk berinovasi, menggabungkan desain tradisional dengan gaya modern agar Batik Mandau lebih diterima oleh generasi muda dan pasar internasional. Kami berharap Batik Mandau dapat dikenal lebih luas dan memberikan manfaat ekonomi bagi para pengrajin," ujarnya dengan penuh semangat.

Batik Mandau: Ekonomi Berkelanjutan
Batik Mandau telah menjadi salah satu pusat kerajinan ekonomi kreatif yang didukung oleh PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) WK Rokan. Program ini merupakan bagian dari upaya pemberdayaan masyarakat dan peningkatan ekonomi setempat. Melalui inisiatif Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), PHR bekerja sama dengan Politeknik Negeri Bengkalis sebagai mitra pelaksana.

Motif pompa angguk kini menjadi ikon Batik Mandau. Lebih dari sekadar desain yang unik, motif ini menyimpan makna dan filosofi yang mendalam, mencerminkan kehidupan masyarakat Mandau, Bengkalis, yang dikenal sebagai daerah dengan lapangan migas terbesar di Indonesia.

Namun, Batik Mandau tidak hanya terfokus pada tema migas. Para pengrajin wanita di sini juga mengangkat kekayaan budaya Melayu melalui beragam motif batik. Mereka menawarkan desain seperti pucuk rebung, bunga melati, daun duri, dan bolu kemojo, serta lambang Bermasa yang menjadi tagline Kabupaten Bengkalis, mencerminkan nilai-nilai bermarwah, maju, dan sejahtera.

"Dengan kombinasi antara elemen modern dan tradisi, Batik Mandau tidak hanya menjadi produk seni, tetapi juga sebuah simbol pemberdayaan ekonomi yang melibatkan masyarakat secara aktif. Karya-karya ini merefleksikan identitas dan semangat lokal, memperkaya warisan budaya Indonesia sekaligus memberikan kontribusi pada kesejahteraan masyarakat," kata Pendamping Mitra Pelaksana PHR, Afridon.

Menurutnya, melalui kolaborasi ini, tidak hanya pelestarian budaya yang dapat tercapai, tetapi juga peningkatan ekonomi bagi komunitas lokal. Batik Mandau memiliki potensi besar untuk berkembang, dan kami berkomitmen untuk menjadi mitra dalam perjalanan ini.

"Kami berharap dengan dukungan ini, Batik Mandau dapat terus dikenal dan dihargai, baik di tingkat nasional maupun internasional, serta memberikan dampak positif bagi para pengrajin dan masyarakat sekitar," harap Afridon yang juga dosen di Politeknik Bengkalis.

Terpisah, Camat Mandau, Riki Rihardi, mengungkapkan, sebagai Camat Mandau sangat mendukung dan mengapresiasi upaya para pengrajin Batik Mandau dalam melestarikan warisan budaya. Batik Mandau bukan hanya sekadar produk seni, tetapi juga simbol identitas dan kebanggaan masyarakat.

"Kami menyadari pentingnya industri batik bagi perekonomian lokal dan pelestarian budaya. Oleh karena itu, pemerintah daerah berkomitmen untuk memberikan dukungan melalui berbagai program pelatihan, pameran, dan promosi. Kami ingin memastikan bahwa para pengrajin mendapatkan akses yang lebih baik ke pasar, baik lokal maupun internasional," tegas Riki sapaan akrabnya.

Inovasi yang dilakukan oleh para pengrajin dalam menciptakan desain modern sangat kami hargai. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi dan kreativitas dapat berjalan seiring. Berharap Batik Mandau semakin dikenal dan dicintai oleh generasi muda serta masyarakat luas.

"Kami akan terus berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk memastikan Batik Mandau tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang sebagai bagian integral dari budaya dan ekonomi kita. Mari kita bersama-sama menjaga dan melestarikan keindahan Batik Mandau untuk generasi mendatang," harap pria bertubuh gempal itu menutup pembicaraan.***

Penulis: Rezi Andika Putra

Editor: Redaksi


Tag:AJP 2024Batik MandauKecamatan MandauPHRPT PHRPertamina Hulu RokanPompa Angguk